Tingkat Adopsi Hybrid Cloud Masih Minim

 

86883 (1)

TEMPO.CO, Jakarta - Penelitian penyedia solusi Red Hat menyebutkan bahwa tingkat adopsi hybrid cloud masih minim. Hal tersebut terjadi pada perusahaan besar maupun kecil di seluruh dunia.

"Ini karena kurangnya pengetahuan akan manfaat hybrid cloud," ujar Senior Vice President Infrastructure Red Hat Group Tim Yeaton di Jakarta, Selasa, 23 September 2014.

Dia mengatakan hybrid cloud adalah sistem yang lebih fleksibel dibandingkan solusi lainnya, seperti public cloud atau physical virtual. Sifatnya yang terbuka atau open source memungkinkan perusahaan untuk menggunakannya pada berbagai aplikasi. Saat ini Red Hat sudah mendukung lebih dari 2.000 aplikasi, baik yang berbasis Windows maupun Linux. 

Manfaat lainnya, hybrid cloud dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan. Yeaton menambahkan, pemilihan suatu sistem harus dapat disesuaikan dengan rencana perusahaan, terutama pada divisi teknologi informasi. (Baca juga: Seberapa Aman Menyimpan Data di iCloud?)

Dia mengklaim saat ini Red Hat menguasai pangsa pasar solusi berbasis open source secara global dengan raihan 65 persen. Ini sejalan dengan peningkatan investasi perusahaan di bidang teknologi informasi yang mencapai 12,5 persen setiap tahunnya. "Karena tantangan perusahaan untuk mengembangkan teknologi semakin tinggi," ucap Yeaton.

Mitra utama Red Hat terdiri dari industri, pendidikan, dan pengembang digital. Khusus untuk pengembang digital, hybrid cloud diklaim memberikan efisiensi secara teknis untuk melanjutkan ke proses pengkodean. (Baca juga: Ini Tip Penggunaan Layanan Komputasi Awan)

Ke depannya, perusahaan bakal mendorong hybrid cloud untuk perusahaan kecil-menengah. "Intinya, kami ingin menyederhanakan infrastruktur yang selama ini dianggap rumit," kata Senior Director and General Manager Red Hat Asia Tenggara Damien Wong di tempat yang sama.

SATWIKA MOVEMENTI

Komentar